A. HIKMAH PUASA
Hikmah ini tidak akan didapat kecuali bagi orang yang melaksanakannya. Adapun hikmah dari puasa antara lain :
1. Puasa adalah sarana yang disediakan oleh Allah untuk mencapai taqwa. Takwa mengandung dimensi moral dan dimensi ibadah. Dimensi moral dari takwa ialah ikhlas. Orang yang ikhlas ialah orang yang beramal (melakukan suatu perbuatan) semata-mata karena mengharapkan ridha Allah, dan ia tidak memiliki pamrih apa pun seperti ingin dipuji dan sebagainya. Dimensi ibadah adalah merasa dekat pada Allah, dan Allah pun dekat padanya.
2. Puasa merupakan sarana pendidikan dan latihan, yaitu latihan dan sekaligus peningkatan disiplin, mendidik sifat terpercaya (amanah), membiasakan bertindak benar, melatih sifat sabar, melahirkan sifat sederhana, menanamkan tekad yang kuat dan keuletan, serta melawan hawa nafsu
3. Puasa menumbuhkan jiwa sosial atau kesadaran bermasyarakat. Tantangan lapar, haus dan sebagainya akan menumbuhkan kesadaran untuk turut memikirkan nasib kaum yang lemah dan orang-orang yang dalam penderitaan.
4. Puasa menyehatkan tubuh
5. Puasa membuat awet muda atau menunda proses ketuaan.
6. Puasa adalah cara terbaik untuk menjaga keselarasan dan keindahan fisik.
Semua hikmah ini hanyalah memperkuat kebenaran firman Allah
Artinya : “Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui” QS. Al-Baqarah ayat 184
PUASA RAMADHAN
A. PENGERTIAN
Ramadhan menurut bahasa yaitu pembakaran. Sedangkan menurut istilah yaitu puasa yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Puasa ramadhan hukumnya wajib dan merupakan salah satu ruun Islam. Allah berfirman:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa.” (QS, Al-Baqarah: 183)
B. CARA MENENTUKAN AWAL RAMADHAN
a) Ru’yah
Yang dimaksud dengan ru’yah yaitu melihat bulan sabit dengan mata kepala yang menandakan datangnya tanggal satu di awal bulan.
b) Istikmal
Yaitu menyempurnakan bilangan dari bulan Sya’ban sampai dengan 30 hari dalam menentukan awal Ramadhan dan menyempurnakan bilangan hari bulan Ramadhan sampai dengan 30 hari dalam menentukan akhir bulan Ramadhan.
c) Hisab
Cara ini dilakukan dengan jalan menggunakan perhitungan ilmu falaq atau ilmu astronomi.
Tabel Perbandingan Cara Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan
Masalah | Imam Syafi’i | Imam Maliki | Imam Hanafi | Imam Hambali |
Bulan terhalang mendung atau kabut pada malam 30 Sya’ban | Tidak wajib puasa, tapi menyempurnakan 30 hari bulan Sya’ban. | Tidak wajib puasa, tapi menyempurnakan 30 hari bulan Sya’ban. | Tidak wajib puasa, tapi menyempurnakan 30 hari bulan Sya’ban. | Wajib dan harus berniat puasa ramadhan. |
Berpuasa pada hari yang diragukan (syak) | Tidak sah. | Tidak sah. | Tidak sah. | Jika langit terang, makruh. Tetapi jika langit mendung wajib. |
Melihat bulan | | Persaksian tidak dapat diterima kecuali oleh dua orang yang adil | Dibenarkan jika disaksikan sejumlah orang. | Persaksian seorang laki-laki yang adil dapat diterima. |
A. SYARAT WAJIB PUASA RAMADHAN
a. Islam
b. Balig
c. Berakal
d. Mampu melaksanakan puasa
B. ORANG YANG DIPERBOLEHKAN TIDAK BERPUASA
Adapun orang yang diperbolehkan tidak berpuasa adalah:
a. Orang sakit.
b. Orang dalam perjalanan atau Musafir.
c. Orang yang sudah tua yang sudah lemah dan tidak kuat berpuasa atau orang yang kondisi fisiknya lemah sejak lahir. Mereka boleh tidak puasa tetapi wajib membayar fidyah
d. Perempuan yang sedang hamil dan menyusui
Tabel perbandingan orang yang diperbolehkan tidak berpuasa
Masalah | Imam Syafi’i | Imam Maliki | Imam Hanafi | Imam Hambali |
Orang sakit yang tidak bisa disembuhkan dan orang tua renta | Tidak wajib puasa tetapi membayar fidyah. 1mud setiap hari. | Tidak wajib puasa dan tidak wajib membayar fidyah. | Tidak wajib puasa tetapi membayar fidyah. Setengah sha’ gandum setiap hari. | Harus membayar makan 1sha’ kurma atau 1mud gandum. |
Perempuan yang tidak puasa karena hamil dan menyusui anaknya. | Mengqadha dan membayar kafarah yaitu setiap harinya 1mud. | Pertama, wajib kafarah bagi perempuan yang menyusui tidak bagi yang hamil. Kedua, tidak ada kafarah atas keduanya. | Tidak ada kafarah atas keduanya. | Mengqadha dan membayar kafarah yaitu setiap harinya 1mud. |
C. KETENTUAN HUKUM BAGI YANG MENINGGALKAN PUASA RAMADHAN
Hukum puasa Ramadhan adalah wajib, oleh karena itu jika ada orang yang sengaja meninggalkan puasa ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan agama dapat dikategorikan tidak beriman atau bahkan telah kafir (mengingkari perintah Allah). Jika meninggalkan puasa dengan alasan yang dibenarkan agama, terdapat beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Wajib mengqadha puasa pada hari lain.
Ketentuan ini berlaku:
1) Orang yang meninggalkan puasa karena sakit.
2) Musafir.
3) Perempuan yang meninggalkan puasa karena hamil dan menyusui anaknya.
b. Wajib membayar fidyah dan tidak wajib mengqadha puasanya.
Ketentuan ini berlaku:
1) Orang yang meninggalkan puasa karena sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh.
2) Orang yang meninggalkan puasa karena usia lanjut yang tidak mampu lagi untuk berpuasa.
c. Wajib mengqadha puasa dan wajib membayar fidyah
Ketentuan ini berlaku:
Perempuan yang meninggalkan puasa karen sedang hamil atau sedang menyusui yang takut berbahaya bagi anaknya. Maksudnya meninggalkan puasa dengan alasan anaknya bukan dirinya.
d. Wajib mengqadha puasa dan wajib membayar kafarat.
Ketentuan ini berlaku:
Pasangan suami istri yang melakukan hubungan di siang hari bulan ramadhan. Adapun kafaratnya yang pertama memerdekakan budak. Kedua, jika tidak mampu memerdekakan budak, berpuasa dua bulan berturut-turut. Ketiga, jika tidak mampu berpuasa dua bulan berturut-turut maka harus memberi makan 60 orang fakir miskin.
PUASA NAZAR
A. PENGERTIAN
Nazar adalah janji akan melakukan kebaikan dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah baik dengan syarat maupun tidak dengan syarat. Dengan demikian puasa nazar adalah puasa yang dilakukan karena berjanji akan melakukannya.
B. HUKUM DAN DALIL PUASA NAZAR
Jika sesorang bernazar puasa, sedangkan pada dirinya telah terpenuhi syarat wajib puasa, maka ia wajib menepati janji nazarnya. Memenuhi janji nazar hukumnya wajib. Maka hukum puasa nazar adalah wajib. Allah berfirman:
Artinya: “Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (QS.Al-Hajj: 29)
C. KAFARAT NAZAR
Jika seseorang telah bernazar puasa pada hari tertentu, namun tidak ditepatinya, maka ia harus membayar denda. Denda inilah yang disebut kafarat. Denda bagi orang yang melanggar janji nazarnya sama seperti kafarat melanggar sumpah
D. SEBAB-SEBAB PUASA NAZAR
Seseorang melakukan puasa nazar kadang ada sebabnya :
a. Jika seseorang mengharapkan sesuatu
b. Jika seseorang tanpa mengharapkan sesuatu, tetapi ia menginginkan puasa.
Adapun cara menunaikan nazar puasa tidak boleh diselang-seling, harus berturut-turut
PUASA SUNAH
A. PENGERTIAN PUASA SUNNAH
Puasa sunah ialah puasa pada waktu tertentu selain bulan ramadhan yang disyariatkan oleh agama Islam sebagai anjuran.
B. MACAM-MACAM PUASA SUNNAH
Di antara puasa yang termasuk dalam kategori puasa sunah adalah sebagai berikut:
a. Puasa Enam Hari pada Bulan Syawal
Puasa ini biasa dinamai puasa enam. Nabi SAW bersabda yang artinya “Dari Abu Ayub berkata Rasulullah berasabda barang siapa puasa bulan ramadhan kemudian ia berpuasa pula enam hari pada bulan syawal adalah seperti puasa satu tahun.” (HR Muslim)
b. Puasa Hari Senin dan Kamis
Rasulullah bersabda:
Artinya: “Dari Aisyah, Nabi memilih puasa setiap hari senin dan kamis.” (HR Tirmizi)
c. Puasa Arafah
Yaitu puasa yang dikerjakan pada tanggal 9 Dzulhijah, kecuali bagi orang yang sedang memgerjakan haji. Rasulullah bersabda:
Artinya: “Dari Abu Qatadah Nabi Muhammad telah berkata, puasa pada hari Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan dating.” (HR Musim)
d. Puasa Hari ‘Asyura (tanggal 10 Muharram)
Yaitu puasa sunnah pada tanggal 10 Muharram (puasa hari’Asyura)
Rasulullah bersabda:
Artinya: “Dari Abu Qatadah, Rasulullah telah berkata puasa pada hari asyura itu menghapuskan dosa satu tahun yang telah lalu.” (HR Muslim)
e. Puasa Bulan Sya’ban
Puasa sya’ban adalah puasa yang dilaksanakan di bulan Sya’ban
Rasulullah bersabda:
Artinya: “Dari Aisyah brkata, aku tidak melihat Rasulullah berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan ramadhan dan aku tidak pernah melihat nabi berpuasa dalam satu bulan lebih banyak dari pada bulan sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim)
f. Puasa Pertengahan Bulan
Puasa ini dilakukan pada pertengahan bulan qamariyah yaitu tanggal 13,14 dan 15. Rasulullah bersabda:
Artinya: “Abu Zar berkata, Rasulullah bersabda hai Abu Zar jika hendak berpuasa setiap bulan maka berpuasalah pada tanggal 13,14 dan 15 pada setiap bulannya.” (HR Ahmad)
g. Puasa Daud
Puasa Nabi Daud yaitu puasa sunah yang dilakukan dengan berselang. Misalnya hari ini puasa besok harinya tidak melakukan puasa dan begitu seterusnya.Ini adalah puasa yang utama (afdal) dikerjakan jika ingin memperbanyak puasa
C. WAKTU-WAKTU YANG DIHARAMKAN BERPUASA
Umat Islam diperbolehkan melakukan puasa kapan saja ia menghendakinya, kecuali pada hari – hari dimana Rasulullah SAW mengharamkan puasa. Hari-hari yang diharamkan berpuasa adalah sebagai berikut :
1. Dua hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha
2. Tiga hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Larangan melakukan puasa tersebut merupakan hak Allah yang harus ditaati oleh orang beriman, karena setiap perintah maupun larangan Allah pasti mempunyai rahasia dan manfaat bagi manusia.
3. Pada hari Syak yaitu 30 Sya’ban yang tiada terlihat malamnya hilal ramadhan
Selain waktu-waktu yang diharamkan berpuasa diatas, orang Islam juga dilarang (makruh) berpuasa pada hari jumat kecuali beberapa hari sebelumnnya memang sudah berpuasa
Tabel Perbandingan Puasa Sunah
Masalah | Imam Syafi’i | Imam Maliki | Imam Hanafi | Imam Hambali |
Puasa syawal | Disunahkan puasa enam hari. | Tidak disunahkan, karena khawatir disangka puasa fardu. | Disunahkan puasa enam hari. | Disunahkan puasa enam hari. |
Orang yang mengerjakan puasa sunah | Disukai untuk menyempurnakannya tetapi boleh memutuskannya dan tidak wajib mengqadha. | Wajib menyempurnakan, tapi jika diminta untuk berbuka dengan sumpah maka boleh berbuka dan wajib mengqadha. | Wajib menyempurnakan, tapi jika diminta untuk berbuka dengan sumpah maka boleh berbuka dan wajib mengqadha. | Disukai untuk menyempurnakannya tetapi boleh memutuskannya dan tidak wajib mengqadha. |
Mengkhususkan hari jum’at untuk berpuasa | Makruh | Tidak makruh | Tidak makruh | Makruh |
Puasa hari putih (13,14 dan 15 bulan qammariyah) | Disukai | Disukai | Disukai | Disukai |
DAFTAR PUSTAKA
Bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Syaikh al-Allamah. 2010. Fiqih Empat Mazhab. Bandung : Hasyimi.
Penyusun, Tim. 2003. Islam Agamaku. Solo : Cempaka putih.
Muslih, Mohammad. 2007. FIQIH 2. Bogor : Yudhistira