Selasa, 27 Desember 2011

Sujud sahwi

Sujud sahwi adalah sujud dua kali yang dilakukan karena lupa di dalam shalat yang dikerjakan sebelum atau sesudah salam. Sepanjang pengetahuan dan sumber yang kami miliki, tidak ada satupun riwayat khusus yang menjelaskan tentang bacaan sujud sahwi. Oleh karena itu, banyak ulama yang menyatakan bahwa bacaan sujud sahwi sama dengan bacaan sujud dalam shalat.

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata : “Dan hendaklah dia membaca di dalam sujud (sahwi)-nya apa yang dibaca di dalam sujud dalam shalat, karena sujud sahwi tersebut merupakan sujud yang disyari’atkan serupa dengan sujud di dalam shalat” (Al-Mughni 2/432-433, Penerbit Hajar, Cet. 2, Th. 1412 H/1992 M).

Abu Muhammad bin Hazm (Ibnu Hazm) rahimahullah berkata : “Orang yang bersujud sahwi harus membaca di dalam kedua sujudnya : Subhaana rabbiyal-A’laa [سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى]; berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam (yang artinya) : “Jadikanlah ia (bacaan itu) di dalam sujudmu” (Al-Muhalla 4/170, tahqiq Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah).

Senada dengan pernyataan tersebut adalah fatwa para ulama dari Al-Lajnah Ad-Daaimah lil-Buhuts wal-Ifta’ (Komisi Tetap untuk Riset dan Fatwa) Saudi Arabia 7/149 nomor fatwa 5519.

Adapun pertanyaan yang Saudara tanyakan, maka kita serahkan kepada ahlinya, yaitu ulama besar hadits sepanjang jaman : Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani Asy-Syafi’i (pensyarah kitab Shahih Al-BukhariFathul-Bari), dimana beliau berkata : “Aku telah mendengar sebagian para imam (ulama’) menghikayatkan bahwa seseorang disukai membaca di dalamnya (sujud sahwi) : [سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُوْ] Subhaana man-laa yanaamu walaa yashuu (“Maha Suci Allah yang Tidak Tidur dan Tidak Lupa)”. Kemudian beliau melanjutkan : “Aku tidak menemukan asalnya” [At-Talkhiishul-Habiir].

Dan benarlah apa yang dikatakan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar bahwa bacaan tersebut tidak bersumber pada kitab-kitab induk hadits. Atau dengan kata lain : Itu merupakan pendapat semata.

Kesimpulan : Bacaan sujud sahwi sebagaimana yang ditanyakan oleh Saudara Penanya bukan berasal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan hendaklah ditinggalkan. Adapun yang disyari’atkan dibaca dalam sujud sahwi adalah sama dengan bacaan sujud dalam shalat. Allaahu a’lam.

Menurut buku:
1.      Ketinggalan tasyahud pertama atau ketinggalan qunut menurut jalanpendapat-pendapat yang telah terdahulu penjelasanya dalam pembicaraan sunnat yang lebih penting. Rasulullah bersabda yang artinya “Apabila salah seorang kamu berdiri sesudah dua rakaat tetapi ia belum sampai sempurna berdiri, maka hendaklah ia duduk kembali (untuk tasyahud pertama) : dan jika ia sudah berdiri betul maka ia jangan duduk kembali dan hendaknya ia sujud dua kali (sujud sahwi)”. Riwayat ahmad.
2.      Kelebihan rakaat atau ruku’, atau sujudya sebab lupa. Rasulullah bersabda “dari ibnu mas’ud, “sesungguhnya nabi s.a.w. telah sembahyang zuhur lima rakaat, maka ditanya orang kepada beliau: adakah beliau sengaja melebihkan sembahyang beliau?? Jawab beliau tidak, mereka yang melihat beliau sembahyang berkata: engkau telah sembahyang lima rakaat. Mendengar keterangan mereka yang demikian maka beliau terus sujud dua kali. Riwayat Bukhari dan Muslim.
3.      Krena syak (ragu). Bilang rakaat yang telah dikerjakan, umpama ia ragu apakah rakaat yang sudah dikerjakan tiga atau empat, maka hendaklah ia jadikan bilangan yang yakin, yaitu disini tiga rakaat maka ia tambah satu rakaat lagi serta ia sujud sahwi sebelum member salam. “Dari Abu Sa’id Al Khudri, berkata nabi s.a.w: “Apabila salah seorang kamu ragu dalam sembahyang, maka hendaklah dihilangkanya keraguan itu dan diteruskan sembahyangnya menurut yang diyakini, kemudian ia sujud dua kali sebelum salam”. Riwayat Ahmad dan Muslim.
4.      Apabila kurang rakaat sembahyang karena lupa. “Dari Abu Hurairah berkata ia: telah sembahyang Rasulullah s.a.w. bersama kami ialah salah satu kedua sembahyang siang (zuhur atau ashar) baru dua rakaat beliau sembahyang lantas beliau member salam. Mereka nertanya: ataukah diqashar sembahyangmu ataukah lupa? Jawab Rasulullah s.a.w. sembahyang saya tidak diqashar dan saya tidak pua lupa. Mereka menjawab: betul, salah satu terjadi. Lantas beliau menghadap ke kiblat, beliau sembahyangkan kembali yang kurang itu, kemudian beliau member salam. Sesudah itu beliau sujud seperti sujud beliau yang biasa atau lebih panjang. Sepakat ahli hadits.
Dengan hadits ini sebagian ulama’ berpendapat bahwa sujud sahwi itu tepatnya sesudah member salam, bukan sebelumnya. Hukum sujud sahwi sunnat yang penting, untuk imam dan orang sembahyang sendiri, adapun makmum ia wajib mengikuti imamnya, berarti kalau imam sujud maka ia wajib pula sujud mengikuti imamnya dan apabila imam tidak sujud ia tidak boleh sujud sendiri.
Bacaan sujud sahwi sama dengan bacaan sujud rukun, begitu juga bacaan duduk antara dua sujud sama dengan bacaan duduk antara dua sujud yang masuk rukun.