Selasa, 27 Desember 2011

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PERBEDAAN INDIVIDU

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bila sekelompok manusia diberi tugas yang sama dan mereka mengerjakan dalam waktu yang telah ditentukan, maka hasil yang diperoleh oleh mereka itu banyak yang tidak sama. Demikian pula bila mereka disuruh mengerjakan tugas yang sama dan diminta hasil kerja yang sama, maka pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tugas tersebut juga tidak sama.
Perbedaan-perbedaan itu dipelajari secara ilmiah melalui psikologi pendidikan. Keragaman dan perbedaan tingkah laku setiap individu disebabkan antara lain :
1. Setiap individu itu mempunyai keinginan sendiri.
2. Setiap individu itu mempunyai kebutuhan
3. Setiap individu itu mempunyai bakat sendiri.
4. Setiap individu itu mempunyai kekuatan sendiri.
5. Setiap individu itu mempunyai kelemahan sendiri.
6. Setiap individu itu memiliki kebiasaan sendiri.
7. Setiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri.
Anak dengan keadaan yang berbeda-beda itu bertemu dalam suatu lingkungan baru yang disebut sekolah.

Tugas sekolah adalah mengembangkan segala potensi (kemungkinan) yang ada pada setiap peserta didik (anak), sehingga mereka dapat berkembang secara optimal atau sepenuhnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kalau dalam keluarga, yang bertanggungjawab penuh terhadap perkembangan aspek-aspek psikis, fisik dan sosial anak itu adalah orang tua, maka di sekolah gurulah yang memikul tanggung jawab tersebut, karena dia harus berhadapan langsung dengan setiap siswa, baik secara perorangan, maupun dalam kegiatan kelompok.

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, seorang guru akan berhadapan langsung dengan siswanya, bukan saja dalam hubungan guru dan siswa atau pengajar-pebelajar, tetapi akan berhubungan diluar batas kegiatan dalam kelas, misalnya di lapangan olahraga, di laboratorium, di ruang kesenian, di kebun sekolah, dalam kegiatan pramuka, dan sebagainya. Oleh karena itu, seorang guru harus benar-benar mendalami dan memahami dengan baik tingkah laku anak agar dapat membimbing atau memberi bantuan, mendorong serta mengarahkan anak untuk berkembang secara positif dan mencegah serta mengendalikan agar mereka tidak berkembang ke arah yang negatif yang menyebabkan mereka menjadi anak-anak ”rusak”.

Dengan berkembang ke arah yang positif kita mengharapkan agar mereka memiliki kepribadian yang baik dan dapat menyesuaikan diri dalam keluarga dan sekolah serta turut aktif dalam pembangunan masyarakat.
Ternyata, bahwa tugas seorang guru atau pendidik pada umumnya tidak hanya terbatas pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar saja, atau hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi seorang guru dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas belajar siswa sehingga siswa tersebut dapat menjadi manusia masa depan yang produktif.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas perlu adanya komunikasi (hubungan) yang baik dan harmonis antara pendidik dengan peserta didik. Hubungan yang terjadi dalam kegiatan tersebut biasanya melibatkan berbagai proses psikis yang rumit, karena semua aspek lingkungan seorang anak saling mempengaruhi perkembangan prilaku anak (Keluarga, sekolah dan masyarakat).
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa proses pendidikan itu selalu melibatkan komunikasi yang bersifat mendidik antara pendidik dan peserta didik. Dalam proses komunikasi tersebut, agar berhasil dengan baik pihak pendidik perlu memahami dan menghayati hal-hal berikut :
1. Proses pendidikan harus berpusat pada peserta didik. Artinya segala tindakan pendidikan harus ditujukan demi kepentingan dan kebaikan anak (peserta) didik yang dalam perkembangannya sama sekali tidak terlepas dari hubungan dengan lingkungannya. Dia akan selalu berusaha untuk dapat diterima dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Dalam kehidupannya dari saat ke saat, peserta didik itu selalu dalam keadaan perubahan dan berkembang.
3. Sifat peserta didik adalah unik, artinya keadaannya sangat khusus dan bersifat individual dalam hal kemampuan, bakat, minat, cita-cita/lingkungan dan unsur-unsur lain yang baik yang bersifat asli (murni) maupun yang telah mendapat pengaruh luar. Oleh karena itu seorang pendidik tidak boleh memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan individualitas peserta didik, karena hal itu akan merupakan ”pemaksaan” yang akan berakibat kurang baik bagi anak tersebut.
4. Pada dasarnya mendidik itu adalah membantu anak (peserta) didik agar mereka mampu mengarahkan dirinya sendiri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangannya sesuai dengan kemampuan dan tuntutan lingkungannya.
5. Dalam kegiatan pendidikan terjadi :
a. Proses sosial. Yaitu hubungan insani antara anak didik sendiri dengan tenaga pendidik dan dengan orang lain yang terdapat dalam leingkungannya.
b. Proses psikis, seperti berpikir, belajar, merasa, meniru dan sebagainya yang terjadi di dalam diri anak itu sendiri.
6. Agar pendidikan mencapai hasil yang memuaskan, maka proses-proses sosial dan psikis tersebut di atas perlu dimanfaatkan dan mendapat pengarahan dari tenaga pendidik dengan sebaik-baiknya.
7. Dalam kehidupan di sekolah proses psikis yang dinyatakan dalam perbuatan belajar sangat menentukan keberhasilan pendidikan.
8. Proses-proses psikis yang terjadi dalam pendidikan akan menjadi salah satu garapan psikologi pendidikan.
Jadi Psikologi Pendidikan itu mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan pendidikan. Hubungan tersebut dapat kita lihat dengan jelas dalam peranan Psikologi Pendidikan dalam kegiatan mendidik di bawah ini :
1. Untuk memahami karakteristik proses belajar mengajar.
2. Untuk memahami karakteristik peserta didik.
3. untuk penentuan tujuan pendidikan yang selaras dengan perkembangannya dan karakteristik peserta didik.
4. Pemilihan bahan pelajaran yang selaras dengan perkembangan peserta didik.
5. Pemilihan kegiatan belajar mengajar yang cocok, dengan fase-fase perkembangan peserta didik.
6. Penentuan upaya penilaian terhadap keberhasilan belajar peserta didik.
7. Penentuan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai keberhasilan pendidikan.